Frombork, Polandia (ANTARA) - Kerangka Nicolas Copernicus, bapak astronomi modern Abad XVI, dikuburkan kembali di satu kathederal Polandia, Sabtu, saat seorang pastur menyampaikan penyesalan atas pengutukan Gereja terhadap semua teori Copernicus.
Copernicus akhirnya bisa beristirahat di satu kuburan yang diberi nama, sehari setelah peringatan ke-467 kematiannya, setelah perburuan oleh beberapa ahli yang layak untuk diangkat menjadi kisah detektif.
Peti mayatnya dikuburkan di kathedral Abad XIV Frombork, kota kelahirannya di Polandia utara, dan kuburannya ditandai dengan batu nisan granit hitam yang diberi gambar sistem tatasurya.
Pada 1616, Vatican mencap teori Copernicus bahwa Matahari, dan bukan Bumi, adalah pusat alam semesta sebagai mengada-ada.
Vatican melarang karyanya De Revolutionibus Orbium Coelestium (On the Revolution of the Heavenly Spheres), yang mengejutkan para tokoh ketika karya tersebut diterbitkan tak lama sebelum kematiannya pada 1543, dalam usia 70 tahun.
Copernicus telah menjadikan dalil bahwa Bumi berputar pada porosnya satu kali sehari dan bergerak mengelilingi Matahari sekali dalam satu tahun, sehingga menentang teori Claudius Ptolemaus --yang didukung Gereja-- bahwa Bumi terpatri di pusat alam semesta, dan Matahari serta bintang bergerak mengelilinginya.
Gereja baru mengeluarkan karyanya dari daftar buku yang dilarang pada 1835, dan pada 1999 Paus Johanes Paulus II dari Polandia mengunjungi tempat kelahiran ahli astronomi itu di Torun serta memuji prestasi ilmiahnya.
Dalam pidato saat upacara pemakaman, Uskup Besar Lublin Jozef Zycinski mengecam tindakan berlebihan orang-orang yang mengaku sebagai pembela Gereja dalam mengutuk teori Copernicus.
Copernicus, seorang ahli matematika, ekonomi dan dokter serta tokoh agama, dikuburkan seperti banyak tokoh agama lain dan orang biasa di Frombork di satu kuburan tanpa nisan di bawah lantai kathedral itu.
Para peneliti telah menghabiskan waktu dua abad untuk berusaha mengidentifikasi kuburannya, sebelumnya akhirnya menemukannya pada 2005.
Kerangka itu yang ditemukan diidentifikasi secara positif melalui pemeriksaan DNA atas dua helai rambut dan satu gigi.
"Cerita tersebut dan temuan itu adalah kisah detektif sejati," kata Jerzy Gassowski, dari Institue of Anthropology and Archeology di Pultusk, Polandia tengah, yang menemukan kuburan tersebut.
"Saya menemukannya tepat di sini," katanya. Ia menujuk ke marmer persegi empat di lantai salah satu dari 16 altar kathedral itu.
Para peneliti mendapati bahwa Copernicus telah bertanggung jawab merawat altar tersebut, dan melakukan penyelidikan secara sungguh-sungguh, sebelum Gassowski menemukan tengkorak dan tulang-belulang seorang pria yang berusia 70-an tahun di tumpukan kerangka lain.
Tengkorak itu dikirim ke laboratoriun forensik polisi di Warsawa, tempat para ahli menciptakan rekonstruksi wajah seorang pria dengan menggunakan komputer. Hasilnya memiliki kesamaan yang menakjubkan dengan gambar Copernicus.
Copernicus akhirnya bisa beristirahat di satu kuburan yang diberi nama, sehari setelah peringatan ke-467 kematiannya, setelah perburuan oleh beberapa ahli yang layak untuk diangkat menjadi kisah detektif.
Peti mayatnya dikuburkan di kathedral Abad XIV Frombork, kota kelahirannya di Polandia utara, dan kuburannya ditandai dengan batu nisan granit hitam yang diberi gambar sistem tatasurya.
Pada 1616, Vatican mencap teori Copernicus bahwa Matahari, dan bukan Bumi, adalah pusat alam semesta sebagai mengada-ada.
Vatican melarang karyanya De Revolutionibus Orbium Coelestium (On the Revolution of the Heavenly Spheres), yang mengejutkan para tokoh ketika karya tersebut diterbitkan tak lama sebelum kematiannya pada 1543, dalam usia 70 tahun.
Copernicus telah menjadikan dalil bahwa Bumi berputar pada porosnya satu kali sehari dan bergerak mengelilingi Matahari sekali dalam satu tahun, sehingga menentang teori Claudius Ptolemaus --yang didukung Gereja-- bahwa Bumi terpatri di pusat alam semesta, dan Matahari serta bintang bergerak mengelilinginya.
Gereja baru mengeluarkan karyanya dari daftar buku yang dilarang pada 1835, dan pada 1999 Paus Johanes Paulus II dari Polandia mengunjungi tempat kelahiran ahli astronomi itu di Torun serta memuji prestasi ilmiahnya.
Dalam pidato saat upacara pemakaman, Uskup Besar Lublin Jozef Zycinski mengecam tindakan berlebihan orang-orang yang mengaku sebagai pembela Gereja dalam mengutuk teori Copernicus.
Copernicus, seorang ahli matematika, ekonomi dan dokter serta tokoh agama, dikuburkan seperti banyak tokoh agama lain dan orang biasa di Frombork di satu kuburan tanpa nisan di bawah lantai kathedral itu.
Para peneliti telah menghabiskan waktu dua abad untuk berusaha mengidentifikasi kuburannya, sebelumnya akhirnya menemukannya pada 2005.
Kerangka itu yang ditemukan diidentifikasi secara positif melalui pemeriksaan DNA atas dua helai rambut dan satu gigi.
"Cerita tersebut dan temuan itu adalah kisah detektif sejati," kata Jerzy Gassowski, dari Institue of Anthropology and Archeology di Pultusk, Polandia tengah, yang menemukan kuburan tersebut.
"Saya menemukannya tepat di sini," katanya. Ia menujuk ke marmer persegi empat di lantai salah satu dari 16 altar kathedral itu.
Para peneliti mendapati bahwa Copernicus telah bertanggung jawab merawat altar tersebut, dan melakukan penyelidikan secara sungguh-sungguh, sebelum Gassowski menemukan tengkorak dan tulang-belulang seorang pria yang berusia 70-an tahun di tumpukan kerangka lain.
Tengkorak itu dikirim ke laboratoriun forensik polisi di Warsawa, tempat para ahli menciptakan rekonstruksi wajah seorang pria dengan menggunakan komputer. Hasilnya memiliki kesamaan yang menakjubkan dengan gambar Copernicus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar