Rabu, 06 April 2011

Sayangku Seberharga Kata MAAF!

'Maaf' adalah kata yang kerap kali terdengar di antara kami.

Seperti kemarin, 
ketika aku agak kelewat sensitif. Dia jadi emosian dan tidak pedulian.
Aku benar-benar benci dia yang seperti itu.
Maksudku, terkadang dia itu bisa jadi sangat cuek.
Bahkan ketika aku menangis, dia tidak berusaha sedikitpun untuk membujuk aku.
Aku sakit hati setiap kali itu terjadi. Seakan aku ini bukan kekasihnya.
Wow!

Aku memang kekanakan, 
Aku begitu ngotot dan memojokkannya
Sehingga akhirnya, mungkin Ia tak tahan lalu berteriak padaku.
Ia meneriakkan kata-kata yang kasar. Sungguh sakit banget rasanya,
Tapi lebih sakit lagi ketika aku tahu dia sanggup berkata seperti itu karena sifat sensitifku yang kelewatan.

Malam itu, aku menarik nafas panjang-panjang dan menghelanya keluar dari paru-paruku. Sedikit berharap CO2 yang mengalir keluar itu turut membawa kemanjaan dan keegoisanku.
Aku paling gak suka ngalah! Sumpah! 
Tapi, demi dia,
Aku akhirnya berkata,
"Sayang kenapa" dengan nada yang menurutku LUAR BIASA lembut.
Yang dijawabnya dengan ketus, "Sayang kenapa, sayang kenapa..."

Mati-matian aku memutar otak kala itu, untuk mengeluarkan senyumnya..

"Sayaaang!! Sayaang! Banjiirr!! Ya ampuunn banjir nih!"

"Di mana banjirnya?" tanyanya cuek

"Di hatiku. Soalnya kamu cemberut terus sih. Kalo kamu cemberut tuh di hati aku langsung hujan deres. Pake es juga lho sayang ujannya!!" Well, aku mengakui itu adalah satu dari seribu kejayusan superku. Tapi sedikit banyak aku berharap dia tertawa kecil karena kebodohanku. Tapi,

".........." Dia diam seribu bahasa.

Aku kesal, sedih, sekaligus menyesali kenapa aku harus begitu keras kepala hingga membuat ia marah seperti ini.
Sesekali aku terisak, tapi tak seperti sebelumnya yang dengan sengaja kutunjukkan kepadanya, kali ini aku menangis dalam diamku.
Aku berusaha menjaga nada suaraku agar ia tak mengetahui tangisanku.
Aku terus menghiburnya. Terus menerus. Sampai akhirnya dia mau ngobrol biasa lagi.
Tapi masih ada yang kurang.

Aku menciumnya. Sedikit berharap dia akan balik menciumku.
Tapi tidak.

Lalu aku memberanikan diri berkata,
"yang, cium dong.."
Agak lama aku menunggu, dan saat aku hendak berkata-kata, tahu-tahu:
"Muach.."

Hatiku agak sedikit tenang. Tapi entah mengapa aku ingin sekali lagi bertanya,
"Yang, cium aku dong.."
Dan kali ini, ia tidak menciumku...
Sekali lagi, " Yang, ciuuum..."
Tahu apa jawabannya?
"Gak ahh.."

JEDGERR!
Aku, lagi-lagi, punya alasan untuk menangis dalam diam.
Sambil aku mendengar nafasnya dan mendengar sepertinya ia akan terlelap sebentar lagi.
"Sayang, kamu udah ngantuk ya? Bobo ya? Cium aku dong sebelum bobo.."
Aku menutup mata di seberang telpon, mati-matian menahan isakanku sampai akhirnya dia menciumku lembut.

Kalian takkan pernah bisa mengerti bila tak mengalami sendiri.
Rasanya mendengar ciuman itu tuh, lega banget.
Aku merasa seluruh otot syaraf yang menahan tangisanku terlepas.
Aku gak tahan lagi..
Aku menangis sesegukan seperti anak kecil,
Tapi kali ini aku bener-bener gak mau dia mendengarnya.

Dia yang hampir menutup matanya mendengar tangisanku lalu bertanya,
"Sayang kenapa lagi sih nangis? Ahh, pusing aku...."
Aku ketakutan. Aku takut dia bakal benci sama aku.
Dalam hatiku,
'Shit! Kenapa tangisanku harus terdengar sih! Ayo Kasih! Ayo berhentii! ! ! Cepet sebelum dia marah lagi sama kamu!'

Dan bibirku bergetar ketakutan sambil berusaha berkata, "Gak papa.."
Menjadi,
"Gak..gak....gapppaapaaa..gak pa...paa...gakkpapapaaa.."
Benar-benar aku tidak lagi bisa mengatur apa yang harus kukatakan.
Aku takut dia marah.
Aku takut.

Kalian tidak bertanya apa yang Arie lakukan?
Dia terkejut dengan isakanku. Dia sepertinya juga terkejut dengan usahaku menutupi tangisan yang jelas-jelas seperti raungan anjing mau mati begitu. Dan di sini aku tahu sebenarnya dia bukannya tidak peduli. Hanya saja selama ini dia berpikir, untuk apa sih hal kecil ditangisi. Aku buang-buang air mata untuk orang yang sama sekali bahkan tidak memusingkan tangisanku.Selain dia sedang banyak masalah, dia juga berpikir itu bukanlah hal yang pantas diperdebatkan.

Dia terkejut dengan penyangkalanku. 
Dia menciumiku seribu kali.. 
Sungguhan, hati aku antara senang, bahagia, terkejut, terharu, tambah cinta...
karena di saat aku mengira ia akan marah dan kecewa lagi, ternyata saat itulah ia mengirimiku ciuman bertubi-tubi.
Dia sayang aku, dia manjain aku.
Aku bener-bener jadi balik terkejut. :')
Aku bahagia, aku tambah cinta.

Well,
aku sadar,
Terkadang kata maaf itu penting. Tapi lebih penting lagi mengesampingkan ego untuk orang yang kau sayang.
Berkata 'maaf' itu mudah. Tapi berkata "MAAF" dengan hati dan kesungguhan itu sulit. Seratus persen sulit!
Percayalah, ketika mengatakan itu dan berusaha melupakan kekasarannya kepadaku, aku menangis.
Tapi seberharga kata MAAF yang tulus dan menyakitkan itulah rasa sayangku kepadanya.
Its worthed.
Salam,
Orang yang kini mengasihi Arie sebagai pendamping hidupnya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar