Kamis, 09 September 2010

His and Her Circumstances


Chapter VII : The Broken Glass Shoes ( Her Circumstances)

Dua tahun kemudian, .... saat Renna sudah mulai kerja…
“Hah!!! Gak usah banyak omong!! Sana pergi!” terdengar suara kasar seorang lelaki dari dalam apartemennya. Sebuah tangisan menjawabnya. Tangisan seorang wanita. Tangisannya keras memilukan. Bahkan dengan mendengarnya saja orang-orang akan dapat merasakan sakit hatinya.
“Sudah jangan nangis!!” lelaki itu berteriak lagi. “Sana pergi dan jangan kembali lagi!!”
Lelaki itu mendorongnya ke luar hingga wanita itu terjatuh. Masih menangis. Tak tahu apa yang harus dilakukannya. Ya, wanita itu Renna dan yang mengusirnya tadi Terrant. Jangan heran. Tapi, itulah yang terjadi. Betapa pengaruh dunia ini sangat mengerikan. Merusak hubungan dua sejoli yang bahagia.
Shock tampaknya, Renna berjalan dengan gontai ke luar gedung apartemen itu. Pulang ke rumahnya. Perubahan yang drastic memang. Tak ada yang menyangka akan begini jadinya. Tak ada. Tidak Renna. Tidak juga Terrant.
Tadi pagi,…
“Beyb, aku nanti siang ke apartemen kamu, yah? Pasti apartemen kamu udah berantakan deh. Ntar aku beresin yah??”
“Boleh, kok sayang. Kamu ada kunci serepnya kan?? Aku kerja pulang malem nih hari ini. Jadi nanti kamu langsung masuk aja ya? Selesai beres-beres, kamu tunggu aku pulang dulu yah? Ntar aku yang nganterin kamu pulang. Awas! Jangan langsung pulang. Pokoknya tunggu aku!”
“Iya, iya,…Kamu ini bener-bener deh! Ya, udah dulu ya sayang. Aku juga mau berangkat kerja nih. Da-daa!!”
“Da-daa…Mwu….ach!”
Siang hari pun datang dan Renna yang sudah pulang kerja langsung menuju apartemen Terrant. Setelah masuk ia langsung beres-beres. Mulai dari ruang tamu, lalu ke dapur.
“Berantakan banget sih cowokku ini! Hm,..ntar kalo nikah bakalan susah nih gue…” gumam Renna saat sedang membersihkan peralatan masak Terrant yang berhamburan ke sana kemari. Setelah itu, ia membuka kulkas dan tampaknya harus siap dengan apa yang dilihatnya. Banyak sekali makanan kadaluarsa di situ. Ugh, baunya minta ampun, pikir Renna. Dengan telaten ia membersihkan kulkas kekasihnya itu.
Setelah semua ruangan luar beres, ia menoleh kearah jam dinding. Jam 6 sore, berarti Terrant pulang masih lama. Masih ada waktu untuk beres-beres sedikit lagi. Lebih baik aku beres-beres kamar Terrant saja, pikir Renna.
Saat Terrant pulang,..
“Apa ini??” Tanya Renna marah sambil mengacungkan benda plastik kecil di tangannya kearah Terrant. Benda maksiat itu mengacung tajam ke arah Terrant.
Terrant tersudut. Tak bisa berpikir jernih. Tak tahu apa yang harus dia katakan pada Renna dan tiba-tiba kata-kata itu terlontar begitu saja keluar dari mulutnya.
“Kamu beresin kamarku, ya?? Berani-beraninya!! Siapa yang suruh kamu bereskan kamarku? Itu ya itu! Gak usah dijelasin lagi kan?? Kamu kan pintar!! Kamu bisa tau kan apa itu?? Hah??Gak tau, yah? Aduuh, kasian banget, sih kamu! Itu bungkus KONDOM! Kondom!! Masih gak tau juga apa itu kondom? Hah?”
“Ta..tapi…” Renna tampak sangat terkejut dengan pengakuan pacarnya, terlebih lagi dengan bahasa kasar yang digunakannya. “Kenapa begini? Apa yang kau lakukan dengan kondom itu??”
“Ihh, aku gak nyangka ternyata kamu bodoh!” jawab Terrant tanpa dipikirkannya lagi. Dalam hati ia berteriak, ‘Stop!Stop! Jangan lanjutkan!’
“Aku ngeseks bego!! Sama cewek-cewekku yang lain!”
‘Stop! Jangan katakan hal itu padanya!’ teriak Terrant dalam hati dengan ketidakberdayaannya.
Renna terlihat shock! Masih berusaha mencerna kata-kata Terrant barusan.
“Ka…kamu selingkuh…” ujar Renna lirih, lebih kepada dirinya sendiri.
“Iya, aku selingkuh!” jawab Terrant angkuh. Bukan jawaban yang sama dengan nuraninya.‘Gak! Aku gak selingkuh! Rennaku! Sayangku! Aku gak selingkuh!’ hati kecil Terrant masih berusaha berteriak. Menyangkal. Atau hanya mengatakan kebenaran.
“Kamu selingkuh!! Kamu selingkuh!!” teriak Renna tak sadar. Lalu, PLAKKK! Bukan tangan Renna tapi tangan Terrant melayang, mendarat di pipi Renna dalam usaha nuraninya menyangkal mulutnya berbicara. Selanjutnya kita semua tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar