Kamis, 09 September 2010

His and Her Circumstances


Chapter IX : Sorry Beybeh, In Other World Maybe...(His and Her Circumstances)

Biip-Biip-Biip...
Bunyi peralatan dokter terus menyalakan sirinenya. Tanda seorang manusia masih hidup disini.
Seminggu setelah kejadian perkelahian hebat Terrant dan Renna, Terrant yang mengalami penyesalan yang mendalam mengiris pergelangan tangannya sendiri. Renna yang merasakan firasat buruk menyingkirkan semua gundahnya dan memberanikan diri menuju apartemen Terrant di hari yang sama, di waktu yang hampir bersamaan.
Renna terlambat....sedikit. Sedikit lagi saja sekarang Terrant tak berada di sini, tapi berada di tempat di mana tubuhnya yang kosong, tak berisi, tanpa jiwa, dikelilingi orang-orang yang bersedih karena ditinggalkannya. Peti mati. Tapi, tidak. Untunglah Renna tak terlalu terlambat untuk menyelamatkan Terrant dan membawanya ke rumah sakit.
Dua minggu sudah, Terrant dirawat di rumah sakit. Tak ada sanak maupun saudara yang mau menungguinya di rumah sakit. Terlebih orangtuanya. Mereka sibuk. Alasan klise. Begitulah memang orang tua Terrant. Dibutakan oleh uang, tak lagi memandang anaknya. Bahkan disaat anak mereka sekarat, mereka tak peduli. Mungkin kalau anaknya mati baru mereka menangis menyesali perbuatannya. Atau parahnya, mereka tak merasakan apa-apa sama sekali.
Dua minggu sudah, Renna duduk di sebelah Terrant. Bukan tak beranjak sama sekali. Tapi, semua perawat dan dokter yang berjaga di situ tahu, dalam dua minggu ini banyak waktunya diserahkan untuk menjaga Terrant yang masih belum terjaga.
“Sayang, kenapa kamu jadi begini...Kamu jangan takut...Aku gak percaya kok setiap ucapan kamu kemarin-kemarin. Aku percaya kok, kamu gak selingkuh. Percaya, lebih dari kamu mempercayai diri kamu sendiri.” Ujar Renna lirih. Tak berdaya. Tak bisa mengubah kenyataan di depannya terbaring kekasih hatinya. Orang yang telah mengusirnya. Orang yang mendorongnya jatuh. Orang yang dicintainya.
“Beyb, aku bakal nunggu kamu bangun. Sampe kapanpun.” Bisiknya terakhir sebelum ia tertidur, menggenggam tangan Terrant. “Kalo enggak, aku susul kamu...ke dunia sana...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar