Kamis, 09 September 2010

His And Her Circumstances


Chapter IV: What Must I Do Now? (His Circumstances)

“Ohh, jadi kalo mereka bebek berarti aku juga dong?” terdengar suara lembut mesra dari seberang.
“Emang iya. Hahaha.” Tawa lelaki itu yang menambahkan, dengan lirih, “Tapi, kau bebekku yang jelita.” Lirih sekali dikatakannya hingga sang gadis tak mendengarnya.
“Apa? Terrant? Kau bilang sesuatu tadi?” sang gadis tampaknya bukannya tak mendengar sama sekali. Konfirmasinya tampak begitu tegas hingga Terrant mulai terdengar gugup.
“Tidak ada apa-apa...Sungguh! Hei, bagaimana kalau kau segera tidur. Ini sudah larut sekali.” Elak Terrant. Menghindar dari percakapan yang lebih jauh lagi, sebelum debar jantungnya terdengar lebih keras dari suaranya.
Cklek! Gagang telepon itu pun diletakkannya kembali.
Setelah mengakhiri pembicaraan mereka Terrant menghempaskan dirinya ke tempat tidurnya yang empuk. Berpikir. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Ia sudah hampir 1 tahun meladeni Renna sebagai teman saja, sejak mereka bertabrakan di koridor kampus. Ia bosan. Bosan menatap wajah cantik itu tanpa bisa memilikinya.
‘Apa yang harus aku lakukan?’ Pikirnya.
Hanya dua malam setelah itu, di sinilah ia. Di restoran Itali yang mahal bersiap untuk melakukan hal paling mendebarkan dalam hidupnya. Hal yang bahkan tidak dilakukannya ketika ia menembak Allena. Tapi, ia lakukan sekarang. Untuk perempuan yang duduk di hadapannya. Renna.
Ia melakukan apa yang perlu untuk mengatakan apa yang perlu dikatakan laki-laki saat melamar seorang gadis. Mengambil nafas dalam-dalam dan menenangkan hatinya sendiri. Dengan sigap ia mengambil setangkai bunga yang telah disiapkannya dan mengancungkannya di tengah-tengah dirinya dan calon gadisnya.
“Renna....Kamu mau jadi pacarku? Kamu mau jadi pendampingku? Pendampingku sampai selama-lamanya, maukah?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar